Tulisan ini adalah Lanjutan Dialog Cinta Allah (Antara Sahabat Beda Agama) Part I, jadi bagi kamu yang belum baca Part I, silahkan dibaca dulu ya, klik disini. Bagi yang sudah membaca bagian pertama silahkan dilanjut baca dialog (via email) kedua dibawah ini. Semoga bermanfaat :)
Awan Lembayung Wrote:
Salam Kasih Tuhan, smoga slalu memberkati. Makasih ya Melati, atas tanggapannya, dan maafkan temanmu yang nakal ini. Penaku ini mohon jangan dipahami sebagai usikan jahat, apalagi mengusik sebuah keimanan yang merupakan hak keberagamaan individu manusia. Dengan hati yang bersih dan tulus, aku hanya ingin bertukar pikiran, bertukar hati, bertukar pengetahuan keberagamaan kita semata. Siapa tahu kita bisa berbagi dan mendapatkan hidayah dan pelukan kasih Allah. Hanya Dia, Tuhan “Bapa” yang kuyakini sama seperti keyakinanmu. Peluang itulah yang ingin kudapatkan darimu. Aku sudah terlanjur tertarik padamu. Sebab, dengan tulus hati dan bukan rayuan, kuungkapkan bahwa kamu unik, manis, cerdas, pekerja keras, mandiri, tanggungjawab, berprinsip kuat, sederhana dan berhati sholeh (cinta pada Tuhan). Secuilpun tidak ada niatan mengusik keimananmu, membengkokkan, lebih-lebih memaksakannya. Puji Tuhan, tiada daya dan kekuatan apapun selain kehendakNYA.
Melati, Keselamatan itu adalah karunia Allah semata, adalah memang benar adanya. Dan
puncak ukuran nilai karunia Allah ini memang hanya ditujukan kepada HATI manusia. Niat mencari ridho dengan berusaha keras beribadah (baik dalam doa maupun prilaku akhlaq di masyarakat), kepasrahan, keikhlasan akan CintaNYA adalah ukuran puncak kebaktian. Aku setuju denganmu.
Namun untuk mendapatkan keselamatan itu setiap pribadi manusia“pasti harus”
mendapatkan Keadilan Tuhan. Dan Allah sudah menyatakan diri bahwa DIA adalah MAHA ADIL. Di dunia saja, pengadilan manusia tidak sepi dari segala tetek mbengek tuntutan antar manusia. Lalu apakah kelak di hari akhir hal itu tidak akan terjadi? Padahal di dunia ini banyak orang berdosa kepada manusia, alam maupun kepada Tuhan sendiri dan mereka belum sempat bertobat baik kepada Tuhan maupun pada manusia dan alam karena kesombongannya. Bukankah dunia ini penuh dengan kejahatan, permusuhan, pembunuhan dan perusakan alam akibat tangan-tangan manusia yang belum sempat diadili di dunia ini?Allah yang Adil tentu akan memperhitungkan dan membalas baik kebaikan dan kejahatan seseorang sekecil apapun sesuai dengan perbuatannya. Bukankah ini logika yang sederhana dan mudah dipahami baik di dunia sekarang maupun di hari akhir kelak? Untuk itulah kenapa manusia selalu diperintahkan untuk berbuat baik dan meninggalkan kejahatan atas kesadaran hati karena nama Tuhan. Sebab, dia harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hari akhir kelak. Bukankah manusia telah diberi kebebasan memilih? Bukankah manusia telah dikaruniai akal dan budi untuk memahami kebenaran? Dan bukankah manusia sepanjang hidupnya sudah diberi
peringatan Allah lewat jalanNya dengan perantara nabi dan rasul-rasul beserta kitab-
kitabnya? Apakah semua itu tidak mempunyai maksud? Jadi, keberartian manusia hidup di bumi ini diukur dari Niat hati, amal dan perbuatannya. Untuk itulah manusia harus bekerja keras berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk menggapai ridho, dan cinta kasih Allah. Ini adalah kewajiban dan juga sekaligus kebutuhan. Sehingga, hidup manusia di dunia ini tidak kepenakan, namun dia harus berjuang sangat keras menaklukkan hawa nafsunya guna menggapai wajah Allah kelak. Orang yang ingin mendapatkan karunia keselamatan tidak cukup hanya dengan iman yang berkualitas rendah (yaitu Cuma sebuah pengakuan HATI tanpa realitas perilaku).
Apakah Allah akan memberi hadiah keselamatan kepada orang yang hanya mengakui
kuasanya di hati dan ucapan tanpa implementasi tindakan akhlaq? Lalu apa guna hidup kita bermasyarakat di dunia? Apakah kita hanya akan menangisi dosa awal manusia yang
dilakukan nabi Adam dan mengharap dikasihani Allah tanpa berbuat baik dan beramal sosial di dunia dengan akhlaq mulia dan dilandasi oleh Hati yang sadar dan tulus untuk menggapai CintaNya? Keimanan memang sarat mutlak keselamatan. Namun iman yang bagaimanakah itu? Tentu iman yang didasarkan atas kefahaman akal budi dan diimplentasikan ke dalam akhlaq manusia di kehidupan kesehariannya. Lalu bagaimana dengan perbedaan si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, si rohaniawan dan si
orang awam? Tentu Allah faham kelebihan dan kekurang kualitas keimanan mereka masing-masing. Bukankah Allah Maha Adil dan Maha Melihat Segala Sesuatu?
Puji syukur kepada Tuhan, Melati menyadari bahwa Hati dan pikiran manusia harus sejalan karena dari sanalah arah yang benar akan diperoleh, memang harus dengan satu syarat, yaitu akui-kuasa-Nya di atas segala sesuatu. Dengan demikian kebijaksanaan, kasih karunia dan hikmat dari Tuhan hadir. Penemuan-penemuan Sains kontemporer yang dihasilkan oleh pikiran manusia pun, pada saat ini telah mencapai anti klimaksnya dengan perlunya kehadiran HATI di dalam mengambil kebenaran yang intinya akan menuju pengakuan adanya Tuhan dan alam nonmateri (alam Ghaib) yang selama ini telah jauh ditinggalkan oleh orang Barat. Contohnya teori Relativitasnya Einstein, teori Quantumnya Plank, teori Lubang Hitam, teori Big Bang, Big Crunch, teori Thermodinamika, ilmu genetika dll. Semuanya telah diakui mengarah kepada
kebenaran HATI yang selalu mengarah kepada kebenaran Tuhan.
Oya, yang perlu Melati ketahui saya sudah mempunyai prinsip yang sangat kuat tidak lebih mengandalkan pikiran daripada hati,. Hatilah yang mengambil puncak nilai kebijaksanaan dari pikiran dan nafsu. Hatilah yang harus menjadi filter dan pengendali pikiran dan nafsu. Jadi, melati salah ya, menilaiku. He, he. Memang, mungkin pengalaman keagamaanku masih kurang bila dibanding Melati. Namun “nyombong” dikitlah(canda), sejak SMP aku sudah punya prinsip pentingnya ketenangan hati hingga saat ini. Qur’an yang menjadi pedomanku adalah ayat yang berbunyi sbb:
“Wahai jiwa-jiwa yang berhati tenang dan damai, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya. Maka, masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, Dan masuklah ke dalam syurgaKu.”(QS., 27:30)
Melati yang baik, mengenai ditinggikannya derajat orang yang mempunyai pengetahuan luas, jangan disalah artikan dia telah dijamin keselamatannya oleh Allah di akherat kelak, dan orang-orang yang bodoh sama sekali tidak punya kesempatan menghadap Tuhan yang Maha Adil dan Kasih.Bahkan yang lebih perlu diketahui bahwa tanggungan/konsekuensi orang yang mempunyai pengetahuan luas sangat berat dari pada orang yang tidak tahu di hari pembalasan kelak. Orang yang tahu dan faham akan lebih dituntut ketahuan dan kefahamannya itu dalam implementasi perilakunya di dunia. Bila ia tidak melakukan hal itu karena kesombongan pengetahuannya, ia-lah yang disebut secara real sebagai orang Kafir (arti kafir adalah orang yang sudah tahu dan faham pengetahuan adanya kebenaran namun karena sombong dia tidak mengakuinya). Disinilah arti kenapa orang berpengetahuan luas ditinggikan derajatnya baik di dunia maupun di akherat. Tentu mereka-mereka yang menerapkan pengetahuannya itu secara benar dan dilandaskan atas kebijaksanaan hati, kebesaran jiwa dan pengakuan adanya kekuasaan Allah secara pasrah dan rendah hati. Tolong dalam mengartikan ‘pengetahuan di sini’ jangan di artikan sebagai hasil pikiran manusia semata (sains), namun pengetahuan yang luas dalam arti sebenarnya baik secara pikiran maupun hati.
Kembali kepada keadilan Tuhan dan ukuran keselamatan Tuhan, antara orang pandai dan
orang bodoh tentu Tuhan tidak melihat kepandaian dan kebodohannya itu secara harfiah. Namun, jelas ada derajat yang berbeda antara orang beriman yang pandai, maksudnya keimanannya yang kuat itu dilandasi oleh kuatnya pengetahuan akan akalbudinya, dan orang beriman yang bodoh –maksudnya dia beriman karena hanya ikut-ikutan dan bukan berdasarkan ketahuannya. Dan sudah jelas pasti bahwa orang bodoh yang beriman akan lebih beruntung daripada orang pandai yang tidak beriman. Yah, cukup panjang juga ya, Melati.
Aku sepakat, memang pembelajaran kita baik dengan pikiran maupun hati akan pengetahuan Tuhan tidaklah akan dapat mencapai pikiran Tuhan. Sebab, ilmu Allah
seluas langit dan bumi dan ilmu kita hanya semisal tetesan air di sebuah lautan yang luas, ya memang tidak bisa dibandingkan. Namun, setidaknya, kegunaan kita belajar, membaca dengan artian luas, dapat mengenali adanya tanda-tanda kekuasaanNya, dan cukup membuat kita meyakini keberadaan dan mencintaiNya.Allah mengajarkan firmanNya sbb:
“Bacalah! Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu (kumpulan sel-sel yang membentuk daging)
yang melekat (di dinding rahim ibu),
Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah,
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam (pena),
Dia mengajarkan pada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.”
(QS., Al-Alaq: 1-5)
[Firman Allah yang pertama kali diturunkan dalam Qur’an kepada
Muhammad]
Jadi, tolong jangan mematikan diri untuk selalu belajar baik dengan hati maupun pikiran.
Orang yang mematikan diri untuk belajar, berarti dia telah mengecilkan arti karunia Allah.
Godbless you, smoga Allah slalu memberkati.
Awan lembayung
JAWABAN MELATI:
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan,
Thanks buat emailmu dan semua pujian dan sanjunganmu. SAYA JAUH DARI ITU SEMUA. Saya cewek biasa yang hanya berusaha sebaik mungkin jadi pribadi yang menyenangkan hati Tuhan saya dan bukan manusia saja. Maaf ya mas, maaf banget, dari dulu dan sampai kapanpun saya tetap hanya nganggap kamu sebagai temen biasa. Saya sudah tidak memberi peluang apapun buat cowok yang berseberangan dengan saya. Semua hal yang kamu sampaikan ke saya, waduh mas, saya SUDAH KENYANG!!! So, jangan heran kalau dari dulu saya Cuma senyum2 tok kamu ngusik keimanan saya dengan dalih apapun. Keselamatan yang kami yakini dalam Kristus Yesus, bagi kami yang masih diberi kesempatan menjalani hidup, memiliki konsekuensi. Dan kami percaya dengan pimpinan Roh Kudus, yang Tuhan Yesus berikan pada kami, kami bisa menjalani. Kalau kamu masih mempertanyakan tentang tuntut menuntut, adil dan ga adil buat mereka yang sebelum meninggal mau terima keselamatan yang dari Tuhan bisa masuk Surga, wah maaf saja deh, karena kami benar-benar menikmati kehidupan kami bersama Kristus, dipenakke dengan konsekuensinya. Dan karena pemahaman konsep Allah yang Maha Baik sudah tertanam. Kalau kamupun mempermasalahkan dan memperhitungkan kok penak men, kok gampang men dosane dilimpahkan ke Yesus trus diampuni, penyakit2 kami ditanggung Yesus dan sembuh, kutuk nenek moyang dilepaskan oleh darah Dia dan kami jadi manusia merdeka, ya BEGITULAH BAIKNYA TUHAN ALLAH SEMESTA!!!!! Dan kami SANGAT MEYAKINI KEBAIKAN-NYA. Kalaulah ada yang belum sempat, itu sudah ada porsinya sendiri2 kita yang hidup hanya bisa mendoakan. Ngapainlah pusing-pusing mikirke, banyak hal lain yang lebih penting yang harus dijalani di dunia ini untuk memuliakan nama Tuhan.Kalaulah manusia sampai menyimpan rasa tuntut menuntut sakit hati dan memperhitungkan pahala yang akan diterimanya, waduh, berarti dia meragukan ke-MahaTahu-an, ke-MahaBaik-an, ke-MahaAdil-an ALLAH, dsb. Kalaulah kita sudah ngerti sifat Tuhan, so, biarkan Allah yang atur, mas. Dan lagi bukan berarti sudah dipenakke, kami ga rajin bekerja atau ga rajin beribadah dalamketulusan dsb, inilah konsekuensi kami, ya itu tadi yang saya sebut sebelumnya. Yah, pikiren dewelah mas, masih seneng mikir tho?
Lanjut…
“Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena
pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang
karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Roma 5:15)
So, ngapain-lah kami harus punya dendam, nuntut, walah.. walah.. Tuhan menuntut kami
ikhlas dalam berbuat baik ataupun dijahatin orang. Apakah kami mbales waktu Gereja2 kami dibakar? Mbaleskah kami bila Yesus kami dihina? Oh ndak mas, kami percaya dan yakin Allah yang kami sembah dalam nama Yesus tidak kurang besar Kuasa-Nya, j
ustru kami harus mendoakan dan memintakan berkat. Karena kamipun ingin banyak jiwa diselamatkan. Ada tertulis: Pembalasan adalah Hak-Ku, Aku-lah yang akan menuntut pembalasan. Waduh mas saya sudah banyak kali melihat kedahsyatan tangan Tuhan membalas perbuatan manusia baik ataupun jahat. So,kami tenang2 aja lagiii … tapi kalau panjenengan mau memperhitungkan kebaikan Tuhan ya silakaaannn…
Yesus saja saat terakhir masih mendoakan mereka yang menganiaya Dia bahkan melarang umatNya menangisi Dia pada waktu Dia disiksa, karena memang itulah tugas Dia sebagai juruselamat penebus dosa. YESUS TIDAK MINTA DIDOAKAN. Dan TIDAK ADA umat Yesus yang mendoakan Dia dan minta Allah menempatkan Dia di Surga, KARENA SURGA MEMANG SUDAH MILIK DIA, dulu, sekarang sampai selama-lamanya dan AMIN!!! Kalau umatNya mendoakan Juru selamatnya biar dan semoga masuk Surga, lha terus yang doakan dan mengusahakan manusia bisa masuk Surga SOPO? Ga ono yang seperti Yesus yang memberi kepastian Surga!
Oh ya sebelum ngakhiri email saya, sayaminta maaf kalau keliru, tapi saya yakin siapapun itu yang baca 2 emailmu itu PASTI nganggap kamu ngandalke pikiran
2. Dan itupun kamu mengakui manusia belaka. Sorry lho, itu pula yang saya baca di email ke-kurangnya pengalaman keagamaanmu, bukan berarti saya sudah cukup. Ndak mas, saya masih selalu belajar dengan pengenalan akan Kristus yang lebih sungguh dan mendalam lagi. Jadi you juga salah nilai kalau saya mematikan diri untuk tidak lagi belajar. SETIAP MANUSIA, pinter ataupun bodoh, selama dia masih diberi kesempatan hidup di dunia, HARUS TERUS BELAJAR, TAPI DENGAN PORSINYA SENDIRI2. Dan saya sudah tahu apa yang harus dan ingin saya pelajari, dan BUKAN KAMU yang tentukan.Kalau email berikutnya masih berputar masalah peluang dan pengetahuan, saya siap dengan jawaban singkat saya. Ok?
Tuhan memberkati. Amin
Melati
Bersambung ke Part III....
berkunjung sobat...
BalasHapuswah,artikelnya panjang bener ni,bacanya sampai mantep gini...
Usul nich Bos, tambahi Ilustarsi :)
BalasHapusBiar Matep kata Ki Dalang
Oke, usul diterima, thx :D
BalasHapus