Semua orang tua pasti ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Kecuali si orang tua masuk kategori “tidak waras” maka lain lagi ceritanya. Setidaknya itulah cara pandang saya. Mereka para orang tua (soalnya saya sekarang belum jadi orang tua) pasti ingin memberikan sesuatu dari hal yang kecil sampai ke hal yang besar untuk membuat buah hatinya bahagia. Tetapi permasalahannya, terkadang cara pandang orang tua dan anak berbeda. Dan inilah yang menjadi awal konflik antara anak dan orang tua. Akibat yang paling fatal, keadaan bisa berubah 180 derajat. Semua rasa sayang berubah menjadi kebencian. Dan muncul istilah anak durhaka.


Banyak orang tua yang mempunyai prinsip anak harus patuh setiap apa yang ”dianjurkan” orang tua. Disini istilahnya bukan ”dianjurkan” lagi tetapi tepatnya apa yang ”diharuskan”. Dalam memilih sekolah misalnya, orang tua mempunyai cara pandang sendiri dalam menentukan kemana anaknya harus melanjutkan sekolah. Tentu orang tua yang bijak akan membicarakan baik-baik dengan melihat bakat dan kemampuan anak.

Hal lain yang sering kita dengar adalah perjodohan yang dilakukan orang tua. Orang tua di jawa terkenal apabila menentukan jodoh untuk anaknya berdasar bibit, bebet dan bobot. Yang artinya dalam memilih jodoh atau pasangan hidup harus berdasarkan asal usul, keturunan, juga derajat keluarganya. Dengan harapan anaknya nanti tidak kecewa di kemudian hari. Karena pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup (kalo bisa, hehe...)

Paradigma yang berkembang di masyarakat, anak bungsu adalah anak yang segala sesuatu harus ikut kata orang tua. Selain itu anak bungsu identik dengan anak yang paling disayangi, dimanja oleh orang tua. Terlebih jika anak bungsu ini perempuan. Entah benar dan tidaknya paradigma tersebut yang saya mempunyai sedikit cerita tentang hal ini.

Kemarin ada seorang teman yang minta pendapat saya. Dia teman kuliah S1 dan seangkatan dengan saya. Sebut saja namanya Mentari. Waktu bertanya kepada saya, dia bilang mengalami kebingungan. Setelah lulus S1, sekarang orang tuanya menginginkan dia kuliah D2 pendidikan. Saya mengernyitkan dahi. Kenapa malah kuliah D2 pendidikan. Lalu S1 Manajemen nya untuk apa? Pertanyaan saya terlontar ke dia. Walaupun sebelumnya saya juga berfikir, pasti ada alasannya dia minta pertimbangan tentang hal itu. Dan benar saja, ibunya saat ini tidak mengijinkan dia kerja di tempat yang jauh darinya. Dan di akhir kata dia bilang ”gak enak jadi anak bungsu” disetir sana sini sama orang tua. Dan tentu dia tak ingin dicap menjadi anak durhaka.

Apakah anda anak bungsu juga? Dan anda mempunyai nasib yang sama? Atau mungkin anda sedang menjalin hubungan dengan seseorang dan orang tua tidak setuju karena dia bekerja di tempat yang jauh dari domisili orang tua anda? Saya yakin teman saya tadi bukanlah satu-satunya orang yang mengalami nasib seperti itu.

Namun apabila diteliti lebih lanjut, ternyata bukan hanya anak bungsu saja yang harus di setir kesana kemari menuruti perintah orang tua. Dan lebih parahnya jika yang ”disetir” ini adalah cowok. Bahkan ketika si anak sudah menikah sekalipun, orang tua tetap mengatur bak diktator. Padahal seharusnya orang tua memberikan dorongan, bantuan pemikiran ketika anak menghadapi masalah. Bukan malah menjadi pengatur dalam rumah tangga anaknya. Kapan dewasanya? Kapan mandirinya? Jika orang tua terus menerus mengatur tanpa memberikan kesempatan anak untuk mengatur rumah tangganya.

So, melalui tulisan yang singkat ini saya berpesan kepada anda para orang tua, juga para calon orang tua (termasuk saya juga, hihi....) jangan suka memaksakan kehendak kepada anak, tetapi bersikaplah demokratis sehingga anak bisa mengutarakan alasan ketika dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan jalan pikiran anda. Misalnya saat harus memilih sekolah, bicarakan baik-baik dan jangan lupa melihat bakat dan kecerdasan anak anda. Contohnya, anda tahu dia bakat dalam hal tulis-menulis, maka jangan sampai memaksa dia buat lanjutin sekolah di bidang modeling :)

Hal yang mungkin orang tua lupa memperhatikannya adalah, mereka menginginkan anaknya jadi anak yang baik, disiplin dsb tetapi orang tuanya tidak memberikan teladan yang baik. Jika ingin anak anda menjadi anak yang baik (sholeh / sholehah) jadilah anda figur orang tua yang baik. Berikan contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena fakta membuktikan, anak akan meniru apa yang DILAKUKAN orang tua, bukan yang DIUCAPKAN orang tua. Jangan suka memerintah, tetapi berikan contoh. Lakukan ini sejak dini ketika anak anda masih kecil, OK?!
*********

Gambar Ilustrasi : Mbah Google...


0 Comments:

Posting Komentar

Maaf semua komentar kami moderasi. Budayakan komentar yang santun demi kenyamanan semua pembaca yang berkunjung ke blog ini. Salam Blogger ;-)