Senang sekali rasanya ketika itu Dokter berkata "positif".
Yap, kira-kira 14 bulan yang lalu pertama kali periksa kehamilan istriku ke dokter, dua setengah bulan setelah kami menikah.
Dan sekarang putri kami telah berusia 5 bulan, cantik seperti mamanya, hehe :-)
Perjalanan kehamilan istriku tidak semulus yang kami harapkan. Pada usia kandungan menginjak 5 bulan istriku mengalami sakit perut yang begitu hebat. Bukan itu saja, sakit perut itu seperti menembus ke tulang belakang (pinggang dan punggung).
Akhirnya istri harus opname selama 3 hari di rumah sakit. Ternyata penyebab rasa sakit itu karena istriku punya riwayat penyakit mag.
Menginjak delapan bulan usia kandungannya, dokter yang biasa memeriksa istriku menemukan keganjilan pada plasenta saat dilakukan USG.
"Ini gejala Pre Eklampsia", kata dokter sambil menunjukkan ke monitor. Disitu tampak putih2 di beberapa bagian. Warna putih yang dimaksud adalah pengapuran pada plasenta.
"Mudah-mudahan dugaagku salah ya Lia, tapi untuk memastikan sebaiknya kamu cek protein urine ke laborat", kata dokter lagi.
Kami sempat merasa ketakutan luar biasa meski dokter meyakinkan semua akan baik-baik saja.
"Dulu adikku juga gitu Lia, sekarang ponakanku dah gede, sehat. Kamu tidak perlu takut, ini biasa terjadi pada beberapa ibu hamil. Kemungkinan memang harus operasi sesar untuk keselamatan kamu dan bayimu."
Kami melakukan tes urine di laborat, hasilnya negatif. Kami lega pada saat itu, kami mengira dugaan dokter yang salah, toh hasil tes urine negatif.
"OK, bulan depan kamu periksa lagi ya sementara aku kasih anti biotik, aku belum yakin sama hasil tes laboratnya."
Menginjak usia sembilan bulan kehamilan kami periksa lagi ke dokter yang sama. Berat badan di USG tidak naik seperti yang kami harapkan. Dan warna putih di plasenta semakin jelas terlihat bahkan bertambah banyak.
Kamu tes urine di laborat lagi ya Lia!
Ketakutan itu semakin menjadi saat hasil tes berubah menjadi POSITIF!
"Aku beri toleransi waktu 4 hari lagi, kalau kamu tidak merasakan tanda-tanda melahirkan harus segera dilakukan operasi!"
"Kalau kamu tidak mau operasi, kasian bayi kamu. Mau nunggu sampai kapan? Dia tidak bisa mendapat asupan makanan secara penuh karena pengapuran plasentamu semakin hari semakin bertambah.”
Senin 18 Maret 2013 pukul 18.00 WIB
Kami sholat berjamaah. Meski hatiku terasa sesak menahan tangis aku tetap tersenyum di depan istriku. Dia begitu takut menghadapi operasi yang tinggal mengitung jam. Tak henti hatiku berdo’a agar proses operasi berjalan lancar. Tak henti ku yakinkan istriku meski aku sendiri antara sadar dan tidak. Aku harus Tegar!
Senin 18 Maret 2013 pukul 21.00 WIB
Ruang operasi ditutup. Beberapa wajah dengan penutup muka dan berseragam hijau telah masuk ke ruang tersebut. Lampu merah di atas pintu menyala.
Alhamdulillah akhirnya anakku lahir dengan selamat, cantik. Istriku juga selamat, sehat sampai saat ku tulis artikel ini.
Huft,,, tegang ya bacanya? Hehe,,, maaf sobat netter kalau curhatnya kebanyakan. Dari apa yang dialami istri saya, saya ingin berbagi tentang Pre Eklampsia yang konon saat ini banyak ibu hamil mengalaminya tapi tidak diperhatikan dengan serius.
Pre Eklampsia adalah suatu penyakit yang terjadi hanya selama kehamilan. Pre Eklampsia ini juga disebut keracunan kehamilan karena tubuh wanita hamil memproduksi zat beracun yang menyebabkan gejala tekanan darah tinggi. Pre Eklampsia bisa menyebabkan beberapa kasus kelahiran prematur.
Kondisi terparah dari pre-eklampsia disebut Eklampsia, di mana kejang terjadi. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan terlepasnya plasenta. Keduanya (preeklampsia & eklampsia) dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin dan harus segera diobati. Eklampsia dapat dimulai dengan sakit kepala serta penglihatan kabur. Kram dan kejang-kejang dapat menyebabkan gagal ginjal akut, insufisiensi plasenta, edema serebral, trombosis dan perdarahan. Jika situasi sangat berbahaya bagi ibu dan janin, maka diharuskan mempercepat proses persalinan (lahir prematur) bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kelompok berisiko itu antara lain perempuan yang berada di usia di bawah 18 thn dan lebih dari 40 thn (kelompok risiko tinggi), wanita dengan kelebihan berat badan, kehamilan kembar dan wanita penderita hipertensi.
Lakukan kontrol kehamilan agar preeklampsia dapat didiagnosa dan diobati. Tindakan dokter biasanya seperti mengecek tekanan darah dan mengambil sampel urin. Dengan Doppler USG, dokter juga dapat memeriksa pembuluh darah plasenta, melihat perubahan dalam struktur dan dengan demikian awal gejala dari preeklampsia dapat diketahui dari pendeteksian ini.
Belum diketahui secara pasti penyebab Pre Eklampsia. Tetapi yang perlu digarisbawahi, belajar dari apa yang di alami istriku, bagi anda yang divonis Pre Eklampsia, jangan takut. Banyak ibu hamil yang mengalami Pre Eklampsia tetapi mereka bisa melahirkan dengan selamat, anaknya pun sehat. Yang terpenting tetap jalani pola hidup sehat istirahat yang cukup tentunya. Jika anda mempunyai rasa takut yang berlebihan, akan berakibat hipertensi. So, kehamilan itu anugerah, syukuri dan jalani dengan hati yang tulus ;-)
Oya, ini foto anakku sehari setelah kelahirannya.
0 Comments:
Posting Komentar
Maaf semua komentar kami moderasi. Budayakan komentar yang santun demi kenyamanan semua pembaca yang berkunjung ke blog ini. Salam Blogger ;-)